Wisuda adalah peristiwa yang paling dinanti oleh setiap mahasiswa. Sebab wisuda merupakan pertanda telah lulus kuliah, dan berhak menyandang gelar Sarjana.
Sebagai hari bahagia, tentu semua wisudawan/wati ingin tampil sebaik mungkin pada saat wisuda, baik dari segi pakaian, perhiasan, maupun kendaraan. Kalaupun tak punya, banyak yang rela minjam atau nyewa, agar bisa terlihat istimewa.
Namun hal itu terkecualikan dari pemuda yang satu ini. Di saat wisuda, ia justru tampil apa adanya, bahkan tak malu membawa motor yang ada keranjang sayurnya, lengkap dengan sayur mayur yang jadi bahan dagangannya di keranjang tersebut. Selain itu, ia juga terlihat bangga dan bersyukur menjadi penjual sayur, sehingga ia bisa meraih gelar Sarjana.
Namanya Amirudin, seorang mahasiswa Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta, Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO). Ia mengikuti wisuda di kampusnya pada tanggal 29 Februari 2020 kemarin.
Meski masa kuliahnya tergolong standar, yakni 10 semester sejak masuk kuliah tahun 2014, namun Amirudin tetap bangga, sebab ia dapat menyelesaikan kuliah dari hasil jerih payah keringatnya sendiri berjualan sayur.
Menurut Amirudin, ia sudah berjualan sayur sejak tahun 2009, yakni ketika masih duduk di bangku SMP. Ia harus melakukan itu untuk membantu ekonomi orang tuanya, yang hanya bekerja sebagai buruh tani.
Namun dari usahanya itu, Amirudin dapat membayar SPP tiap semester yang nominalnya 4 jutaan rupiah. Tidak disebutkan berapa IPK yang diraih oleh Amirudin, yang jelas ia bisa lulus kuliah seperti teman-temannya yang lain dari kalangan orang yang 'berdahi'.
Jadi ceritanya, Amirudin ini setiap pagi pukul 4 sudah pergi ke pasar untuk membeli sayur, kemudian menjualnya secara keliling kampung naik motor di waktu pagi, siang atau sore hari, tergantung jam kuliahnya yang kosong. Laba bersih dari jual sayur itu katanya rata-rata 100 ribu perhari. Dari hasil itulah dia bisa mengumpulkan uang untuk membayar SPP dan keperluan kuliah, serta kehidupan keluargamya sehari-hari.
Apa yang diungkapkan Amirudin ini tidaklah berlebihan. Sebab Ane sendiri punya dua adik yang juga berjualan sayur. Yah seperti Amirudin, sejak pukul 4 dini hari sudah pergi ke pasar untuk membeli sayur, lalu dijual sejak pagi hingga sekitar pukul 12 siang. Hasilnya lumayan, dengan keuntungan bersih sekitar 150 ribu hingga 300 ribu per hari.
Sekarang ini justru Ane yang malu kepada kedua adik Ane tersebut, sebab keduanya hanya tamatan SMA dan SMP, namun punya penghasilan yang lebih besar dari Ane yang menyandang gelar Sarjana, hanya dengan usaha berjualan sayur.
So, mengapa harus malu dan gengsi berusaha jika usaha itu dapat menjamin kehidupan yang lebih baik. Maka dari kegigihan Amirudin ini, seharusnya menjadi pelajaran bagi siapapun, agar tidak malu dan gengsi dalam menekuni usaha, selama itu halal dan menghasilkan. Tak perlu pamer kekayaan jika itu hasil menadahkan tangan kepada orang tua. Tak perlu putus semangat untuk melanjutkan studi hanya karena keterbatasan ekonomi. Jika ada kemauan, di situ pasti ada jalan.
Teruslah bangkit Amirudin-Amirudin baru yang bisa menyelesaikan studi yang lebih tinggi, meski harus sambil berjualan, yang penting studi bisa lancar. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.